Sabtu, 19 November 2016

Resensi singkat Novel Rindu by Tere Liye

  • Judul : Rindu
  • Penulis : Tere Liye
  • Editor : Andriyati
  • Penerbit : Republika 
  • Cetakan : XXVI, Januari 2016
  • Tebal : ii + 544 halaman
  • ISBN : 978-602-8997-90-4
  • Rating Saya: 3 dari 5
SINOPSIS
"Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas segala sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja."

Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.
=======================================================================================
Novel Rindu karangan Tere Liye ini saya beli ketika sedang berada di TMbookStore Detos - Depok, harganya ketika itu sekitar Rp 50.000-an, saya juga lupa hehe. Saya bukan penggemar buku Tere Liye tapi cukup penasaran dengan bagaimana hasil karya dari Tere Liye ini :)

Alasan saya membeli novel Rindu ini adalah karena halamannya banyak alias tebel, jadi saya mempunyai banyak waktu untuk bisa menyelesaikan novel ini. Karena jika novelnya tipis agak kurang 'puas' gitu.
skip skip skip
Oke... kembali ke resensi dari novel Rindu. Novel ini menceritakan mengenai 5 kisah manusia yang berbeda latar belakang, masa lalu serta perjalanan yang sangat panjang untuk bisa menemukan jawaban yang sudah mengganjal hati. 

Cerita ini berkisah dengan latar waktu masa lalu pada zaman Hindia-Belanda. Tere Liye berhasil membuat secara rinci bagaimana kehidupan di zaman itu, bagaimana situasi dikapal uap, interaksi masyarakat disana, interaksi para jamaah haji dan lainnya. Awalnya saya bosan membaca novel ini dan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menyelesaikan bacaannya hahaha. 

Pemerintah Hindia-Belanda memberikan perjalanan bagi orang-orang yang memiliki cukup uang untuk berangkat haji dengan menggunakan kapal uap, Blitar Holland nama kapal itu. Tere Liye menceritakan secara rinci siapa saja dan bagaimana kisah dari 5 orang yang memendam pertanyaan, dimulai dari: 

  1. Daeng Adipati, seorang yang dari luar terlihat sempurna. Memiliki karir yang bagus, istri yang cantik serta dua anak perempuannya yang lucu. Namun, dibalik itu semua ada sesuatu yang disembunyikan oleh Daeng Adipati yaitu kebencian terhadap ayahnya. 
  2. Tokoh kedua adalah Ambo Uleng. Seorang kelasi pendiam dan misterius. Walaupun ia pendiam namun sifatnya baik. Di novel ini, Tere Liye menceritakan jika Ambo Uleng ingin menjauhi tanah Makassar, karena ada sesuatu yang ingin dihindarinya yaitu Cinta. 
  3. Ada juga seorang guru ngaji di kapal itu yang bernama Bonda Upe. Ia memiliki masa lalu sebagai cabo dan masa lalunya ini menghantuinya di setiap malam.
  4. Ada lagi sepasang suami istri, Mbah Kakung dan Mbah Putri yang sudah berumur walaupun mereka sudah tua tapi  masih sangat romantis. Ketika membaca cerita suami istri ini berhasil membuat saya iri hahaha. 
  5. Kisah terakhir adalah kisah seorang ulama yang sangat dihormati bernama Gurutta Ahmad Karaeng. Ulama ini bisa menjawab pertanyaan dari mereka yang hatinya sedang gundah gulana namun ia tidak bisa menjawab pertanyaannya sendiri.  
Ada beberapa kutipan yang sempat saya tulis, yaitu:
Karena kau tidak bisa membaca isinya, bukan berarti sebuah buku otomatis jadi buruk -halaman 37
Kata siapa kita harus kenal dulu untuk ikut melambaikan tangan kesana. -halaman 43 
Mata air yang dangkal, tetap saja bermanfaat jika jernih dan tulus. -halaman 57
Buku adalah sumber ilmu tiada ternilai, mengisi waktu kosong dengan membaca adalah pilihan baik. -halaman 58
Dalam banyak hal, Diam justru membawa kebaikan. -halaman 83
Pendiam bukan karena watak aslinya, tapi karena seolah ada kabut yang menutup tatapan matanya. -halaman 85
Orang pendiam seperti kau ini kadang berbahaya, tanpa disadari kau telah membuat orang jadi banyak bicara. -halaman 89 
Diatas kapal ini, entah dia bangsawan atau hamba sahaya, entah dia kaya raya atau miskin, berkuasa atau tidak, nasibnya sama saja saat badai datang. Tidak ada pengecualian. -halaman 99
Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. -halaman 312
==========================================================================================
Demikianlah resensi singkat saya mengenai novel Rindu karya Tere Liye. Sampai jumpa di review dan resensi selanjutnya ya. 






0 komentar:

Posting Komentar